BAB I
LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pendidikan
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya
kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi peneru, yang diyakini akan
menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia
sepanjang zaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya
pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi
yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta
didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan
berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan
peserta didik menjadi:
(1) manusia
berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga
negara yang demokratis,bertanggung jawab.
Kurikulum sebagaimana yang
ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan
langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu.
Pada Kurikulum 2013, penyusunan
kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan
kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi
ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum
dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun
silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan
proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabu yang
memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang
sangat memberatkan guru.
Hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dilakukan Balitbang pada
tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum total waktu pembelajaran yang dialokasikan
oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP, dan SMA lebih kecil
dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan menurut Standar Isi. Di samping
itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada
kemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya.Hasil monitoring dan evaluasi ini juga menunjukkan bahwa banyak
kompetensi yang perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada
siswa sulit dicapai oleh siswa.
Berdasarkan analisis hasil PISA
2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yang dirumuskan di dalam
studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran
sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat di dalam studi
ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Dengan
keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi yang dapat disimpulkan
dari hasil studi ini, hanya satu, yaitu yang kita ajarkan berbeda dengan
tuntutan zaman.
Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan
2011 di bidang matematika dan IPA untuk peserta didik kelas 2 SMP juga
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang matematika, lebih dari
95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementara
misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan
apa yang diujikan atau yang distandarkan di tingkat internasional. Untuk bidang
IPA, pencapaian peserta didik kelas 2 SMP juga tidak jauh berbeda dengan
pencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Hasil studi pada tahun 2007 dan 2011
menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai
level menengah, sementara hampir 40% peserta didik Taiwan mampu mencapai level
tinggi dan lanjut (advanced). Dengan keyakinan bahwa semua anak
dilahirkan sama, kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini adalah bahwa apa
yang diajarkan kepada peserta didik di Indonesia berbeda dengan apa yang
diujikan atau distandarkan di tingkat internasional.
Hasil studi internasional untuk reading
dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD juga menunjukkan
hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat SMP seperti yang
dipaparkan terdahulu. Dalam hal membaca, lebih dari 95% peserta didik Indonesia
di SD kelas IV juga hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50%
siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance. Hal ini juga
menunjukkan bahwa apa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang
diujikan dan distandarkan pada tingkat internasional.
Hasil analisis lebih jauh untuk studi
TIMSS dan PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang digunakan
untuk
mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
a. low mengukur
kemampuan sampai level knowing
b. intermediate
mengukur kemampuan sampai level applying
c. high mengukur
kemampuan sampai level reasoning
d. advancemengukur
kemampuan sampai level reasoning with incomplete information.
Hal yang sama juga terdapat di
kurikulum matematika kelas VIII SMP di mana juga terdapat beberapa topik yang
belum diajarkan di kelas XIII. Lebih parahnya lagi, malah terdapat beberapa topik
yang sama sekali tidak terdapat di dalam kurikulum saat ini, sehingga
menyulitkan bagi peserta didik kelas VIII SMP menjawab pertanyaan yang terdapat
di dalam TIMSS. Hal yang sama juga terjadi di kurikulum matematika kelas IV SD
pada studi internasional di mana juga terdapat topik yang belum diajarkan pada
kelas IV dan topik yang sama sekali tidak terdapat di dalam kurikulum saat ini.
Beranjak dari penjelasan diatas
kelompok kami mangadakan sebuah observasi mengenai Persepsi Guru Matematika dalam Perencanaan dan Pelaksanan Kurikulum2013,
dimana sekolah yang menjadi tempat observasi kami adalah SMP Swasta Hangtuah
Belawan kecamatan Medan Belawan.
KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS)
A. Konsep Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan salah satu unsur
yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas
potensi peserta didik tersebut. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada
kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik
menjadi:
1. manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah;
2. manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara
yang demokratis, bertanggung jawab.
Pada materi pelatihan ini Anda
mempelajari konsep Kurikulum 2013 yang meliputi rasional dan elemen perubahan
kurikulum, SKL, KI, KD, strategi implementasi Kurikulum 2013, serta pendekatan pembelajaran
dan penilaian pada Kurikulum 2013.
Kompetensi
1. Memahami
secara utuh rasional dan elemen perubahan Kurikulum 2013.
2. Memahami
SKL, KI, dan KD serta strategi implementasi Kurikulum 2013.
3.
Mendeskripsikan konsep pendekatan saintifik dalam pembelajaran Matematika
SMP/MTs.
4.
Mendeskripsikan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
Indikator
Pencapaian Kompetensi
1.
Menjelaskan rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan
perkembangan masa depan
2.
Menjelaskan empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, Standar
Proses, dan Standar Penilaian.
3.
Menjelaskan keterkaitan antara SKL, KI, dan KD.
4.
Mengidentifikasi strategi implementasi Kurikulum 2013.
5.
Menjelaskan konsep pendekatan saintifik
6.
Menjelaskan konsep model-model pembelajaran penemuan, berbasis masalah dan
berbasis proyek
7.
Menjelaskan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
8.
Menjelaskan perbedaan dari KD Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs pada Kurikulum
2013 dan sebelumnya.[1]
B. Landasan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan landasan yuridis, landasan filosofis, landasan empirik, dan
landasan teoretis. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan
dasar untuk pengembangan kurikulum. Landasan filosofis adalah landasan yang
mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum.
Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang
sedang berlaku di lapangan. Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik
pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses.
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.Lebih lanjut,
pengembangan Kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Pendidikan
Menengah Nasional (RJPMN). Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya
adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan
Karakter, Pembelajaran Aktif dan Pendidikan Kewirausahaan.
2. Landasan Filosofis
Secara singkat kurikulum adalah
untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan dating bangsa, yang
dikembangkan dari warisan nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta
kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga
dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang,
menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi
bangsa di masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu
sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun
kualitas kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan bagi kehidupan masa
kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan warga negara di masa mendatang.
Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut, kurikulum selalu menempatkan peserta
didik dalam lingkungan social budayanya, mengembangkan kehidupan individu
peserta didik sebagai warga negara yang tidak kehilangan kepribadian dan
kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan
masa depan yang lebih baik lagi.
3. Landasan Empiris
Sebagai negara bangsa yang besar
dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan beragamnya kemajuan
pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman
disintegrasi
bangsa masih tetap ada.Maka, kurikulum harus mampu membentuk manusia Indonesia yang mampu
menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jatidiri sebagai
bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu
entitas bangsa Indonesia.
Berbagai elemen masyarakat telah
memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan dengan beban belajar siswa,
khususnya siswa sekolah dasar.Beban belajar ini bahkan secara kasatmata terwujud
pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah.Beban belajar ini salah
satunya berhulu dari banyaknya matapelajaran yang ada di tingkat sekolah
dasar.Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada
peningkatan 3 (tiga) kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung, dan pembentukan
karakter. Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata
mempengaruhi secara negatif lingkungan alam. Pencemaran,
semakin berkurangnya sumber air bersih adanya potensi rawan pangan pada
berbagai belahan dunia, dan pemanasan global merupakan tantangan yang harus
dihadapi generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang. Kurikulum
seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian generasi
muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan
pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan
pangan. Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia
harus terus ditingkatkan.
Hasil riset PISA (Program for
International Student Assessment),studi yang memfokuskan pada literasi
bacaan, matematika, dan IPAmenunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki
10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada
pada rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek,
(2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan
pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan
perlu ada perubahan orientasi kurikulum, yaitu tidak membebani peserta didik
dengan konten namun mengutamakan pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan
semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negaranya pada abad 21.
4. Landasan Teoretik
Kurikulum 2013 dikembangkan atas
dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education),
dan teori kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar
adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas
minimal warga negara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum
dan kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas
standar nasional atau di atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan
sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan
menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK.
C. Tujuan Kurikulum 2013
Tujuan Pendidikan Nasional
sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Secara singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat
membuat peserta didik menjadi kompeten dalam bidangnya. Di mana kompeten
tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan di atas,
harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undang-undang tersebut. Sejalan
dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan
tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.Cerdas
yang dimaksud di sini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan
cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah
pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.
Dengan demikian, Kurikulum 2013
dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan
untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif.[2]
D. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum didasarkan
pada prinsip-prinsip berikut ini.
1.
Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran
hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
2.
Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu
satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan
kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi
Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus
dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum
berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh
pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk
Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery
learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.
5.
Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral
dan aktif dalam belajar.
7.
Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni.
8.
Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9.
Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10.
Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
11.
Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi.
E. Struktur Kurikulum Smp/Mts
Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada
penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38 dan
38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama belajar setiap
jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit. Struktur Kurikulum SMP/MTs sebagai
berikut.
Mata Pelajaran
|
|
Alokasi Waktu Belajar Per Minggu
|
|
||
|
VII
|
VIII
|
IX
|
||
Kelompok
A
|
|
|
|
||
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
|
3
|
3
|
3
|
||
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
|
3
|
3
|
3
|
||
3. Bahasa Indonesia
|
6
|
6
|
6
|
||
4. Matematika
|
5
|
5
|
5
|
||
5. IPA
|
5
|
5
|
5
|
||
6. IPS
|
4
|
4
|
4
|
||
7. Bahasa Inggris
|
4
|
4
|
4
|
||
Kelompok B
|
|
|
|
||
1. Seni Budaya
|
3
|
3
|
3
|
||
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
|
3
|
3
|
3
|
||
3. Prakarya
|
2
|
2
|
2
|
||
Jumlah Alokasi
Waktu Per Minggu
|
38
|
38
|
38
|
||
Keterangan:
Mata pelajaran Seni Budaya dapat
memuat Bahasa Daerah. IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative
science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan
disiplin ilmu.Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap
peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.Disamping itu,
tujuan pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat
kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam
ruang atau space wilayah NKRI.IPA juga ditujukan untuk pengenalan
lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan
wilayah nusantara.
Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni
rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater.Masingmasing aspek diajarkan
secara terpisah dan setiap satuan pendidikan dapat memilih aspek yang diajarkan
sesuai dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan itu.
Prakarya terdiri atas empat aspek,
yakni kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan.Masingmasing aspek
diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan menyelenggarakan pembelajaran
prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensi daerah
pada satuan pendidikan itu.[3]
Standar Kompetensi Lulusan
SMP/MTs/SMPLB/Paket B
Lulusan
SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah manusia yang memiliki sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
sebagai berikut.
Tabel 4:
Kompetensi Lulusan SMP/MTs
Dimensi
|
Kompetensi
Lulusan
|
Sikap
|
Memiliki
perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya
diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
|
Ketrampilan
|
Memiliki
kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak
dan
konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah atau sumber lain yang
sama dengan yang diperoleh dari sekolah.
|
Pengetahuan
|
Memiliki
pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.
|
F. Standar Isi Matematika SMP/MTs
Ruang lingkup materimatematika
mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dirumuskan dalam
kompetensi dasar matematika SMP/MTs yang harus dimiliki peserta didik. Kompetensi
dasar matematika di SMP/MTs merupakan kelanjutan dari kompetensi dasar
matematika
yang dipelajari peserta didik di SD/MI. Selain itu metematika di SMP/MTs juga
merupakan
prasyarat untuk belajar matematika lebih lanjut di SMA/MA dan SMK/MAK serta
berguna
dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Muatan Matematika pada SMP/MTs/SMPLB/PAKET
B yang dimuat dalam Standar Isi pada Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013adalah
sebagai berikut.
Tingkat
Kompetensi
|
Tingkat
Kelas
|
Kompetensi
|
Ruang
Lingkup Materi
|
4
|
VII-VIII
|
-
Menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, cermat dan teliti, bertanggungjawab,
responsif, dn tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah
-
Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika
-
Memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk
melalui pengalaman belajar
- Memiliki
sikap terbuka, santun, objektif dalam interaksi kelompok maupun aktivitas
sehari-hari
-
Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas
-
Mengidentifikasi pola dan menggunakannya untuk menduga perumuman/aturan umum
dan memberikan prediksi
-
Memahami konsep bilangan rasional dilengkapi operasi dan urutan
-
Mengenal bentuk aljabar sederhana (linear, kuadrat)
-
Memanfaatkan interpretasi geometri, fungsi kuadrat dalam menyelesaikan
persamaan
-
Memahami konsep himpunan dan operasinya serta fungsi dan menyajikan (diagram,
tabel, grafik)
-
Memahami bangun datar berdasarkan sifat-sifat atau fitur-fitur (banyak sisi,
keteraturan, ukuran), dan transformasi yang menghubungkannya
- Memberi
estimasi penyelesaian masalah dan
membandingkannya
dengan hasil perhitungan
-
Menjelaskan dan memvisualisasikan pecahan yang ekuivalen
-
Membandingkan, memberi interpretasi berbagai
metoda
penyajian data
-
Memahami konsep peluang empirik
-
Menggunakan simbol dalam pemodelan, mengidentifikasi informasi, menggunakan
strategi lain bila tidak berhasil
|
-
Bilangan
Rasional
- Aljabar
(pengenalan
)
-
Geometri
(termasuk
transformasi
)
-
Statistika
dan
peluang
-
Himpunan
|
4a
|
IX
|
-
Menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, cermat dan teliti,
bertanggungjawab, responsif, dn tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah
-
Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika
-
Memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan
matematika,
yang terbentuk melalui pengalaman
belajar
-
Memiliki sikap terbuka, santun, objektif dalam interaksi kelompok maupun
aktivitas sehari-hari
-
Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas
-
Mengidentifikasi kecenderungan dan menyajikannya dalam aturan bilangan
(barisan dan deret) atau relasi lainnya
-
Memahami operasi pangkat, akar, bilangan dan kaitannya dengan konsep aturan
-
Mengenal berbagai manipulasi/transformasi aljabar (mengkuadratkan dan
memfaktorkan) dan menggunakannya dalam penyelesaian masalah seperti persamaan
dan pertidaksamaan
- Menggunakan
konsep diskriminan dalam mengidentifikasi eksistensi solusi dan interpretasi geometrisnya
-
Mengelompokkan bangun datar menurut kesebangunan dan/atau kekongruenan
- Memberi
estimasi dengan menggunakan perhitungan mental dan sifat-sifat aljabar
-
Visualisasi dan deskripsi proporsi persentase, rasio dan laju
-
Membandingkan, memberi interpretasi berbagai
metoda
penyajian termasuk penyajian data yang disertai statistik deskriptif
-
Memahami konsep peluang empirik dan teoritik
- Menggunakan
simbol dalam pemodelan, mengidentifikasi informasi, memilih strategi yang
paling efektif. [4]
|
- Aljabar
-
Geometri
(termasuk
bangun
tidak
beraturan)
-
Statistika
danPeluang
(termasuk
metode
statistik
sederhana)
|
G. Implementasi Kurikulum 2013
1. Pengembangan Kurikulum 2013 pada Satuan
Pendidikan
Pengembangan
Kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip berikut ini.
a. Sekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan
kurikulum adalah kurikulum satuan
b. pendidikan, bukan daftar mata pelajaran.
c. Guru di satu satuan pendidikan adalah satu satuan
pendidik (community of educators),
d. mengembangkan kurikulum secara bersama-sama.
e. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan
langsung dipimpin kepala sekolah.
f. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan
dievaluasi oleh kepala sekolah.
2.
Manajemen Implementasi
a.
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah
propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
b.
Pemerintah bertangung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan
kurikulum.
c.
Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum
secara nasional.
d.
Pemerintah propinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
e.
Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam
memberikan bantuan profesional kepada
guru
dan kepala sekolah dalam melaksanakan
kurikulum di kabupaten/kota terkait.
3. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
a.
Pelaksanaan
kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan sebagai berikut.
1) Juli 2013: Kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI
(30%), dan seluruh VII (SMP/MTs), dan X (SMA/MA, SMK/MAK). Ini adalah tahun
pertama implementasi dan dilakukan di seluruh wilayah NKRI. Untuk SD akan
dipilih 30% SD dari setiap kabupaten/kota di setiap propinsi.
2) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI:
tahun 2014 adalah tahun kedua implementasi. Seperti tahun pertama maka SD akan
dipilih sebanyak 30% sehingga secara keseluruhan implementasi kurikulum pada
tahun kedua sudah mencakup 60% SD di seluruh wilayah NKRI. Pada tahun kedua
ini, hanya kelas terakhir SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK yang belum melaksanakan
kurikulum.
3) Juli 2015: seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK telah melaksanakan sepenuhnya Kurikulum 2013.
b.
Pelatihan
Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, dari tahun 2013 – 2016. Pelatihan guru,
kepala sekolah dan pengawas adalah untuk guru, kepala sekolah yang akan
melaksanakan Kurikulum 2013 dan dilakukan sebelum Kurikulum 2013
diimplementasikan. Prinsip ini menjadi prinsip utama implementasi dimana guru,
kepala sekolah dan pengawas di wilayah sekolah terkait yang akan
mengimplemntasikan kurikulum adalah mereka yang sudah terlatih. Dengan
demikian, ketika Kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada tahun pembelajaran
2015-2016, seluruh guru, kepala sekolah dan pengawas di seluruh Indonesia sudah
mendapatkan pelatihan untuk melaksanakan kurikulum.
c.
Pengembangan buku
babon, dari tahun 2013 – 2016. Sejalan dengan strategi implementasi, penulisan
dan percetakan serta distribusi buku babon akan seluruhnya selesai pada awal
tahun terakhir implementasi kurikulum atau sebelumnya. Pada prinsipnya ketika
implementasi Kurikulum 2013 memasuki tahun 2015-2016 seluruh buku babon sudah
teredia di setiap sekolah. Buku babon terdiri atas buku untuk peserta didik dan
buku untuk guru. Isi buku babon guru adalah sama dengan buku babon peserta
didik dengan tambahan strategi pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
Sedangkan pedoman pembelajaran dan penilaian hasil belajara secara rinci
tercantum dalam buku pedoman pembelajaran dan penilaian.
d.
Pengembangan
manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan budaya sekolah
(budaya kerja guru) terutama untuk SMA/MA dan SMK/MAK, dimulai dari bulan
Januari – Desember 2013. Implementasi Kurikulum 2013 mensyaratkan penataan
administrasi, manajemen, kepemimpinan dan budaya kerja guru yang baru. Oleh
karena itu dalam persiapan implementasi Kurikulum 2013, pelatihan juga
berkenaan dengan tata kerja baru para guru dan kepemimpinan kepala
sekolah.Dengan penerapan pelatihan ini maka implementasi Kurikulum tidak hanya
berkenaan dengan upaya realisasi ide dan rancangan kurikulum tetapi juga pembenahan
pada pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan.
e.
Pendampingan dalam
bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi
dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016. Strategi implementasi Kurikulum 2013
menghindari pelatihan yang dinamakan one-shot training sebagai strategi implementasi
mengingat kelemahan strategi tersebut. Pleatihan yang dilakukan untuk para
guru, kepala sekolah, dan pengawas akan diikuti dengan monitoring dan evaluasi
sepanjang pelaksanaan paling tidak dari tahun pertama sampai tahun ketiga
implementasi. Pada akhir tahun ketiga implementasi diharapkan permasalahan yang
dihadapi para pelaksana sudah tidak lagi merupakan masalah mendasar dan
kurikulum sudah dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya. Permasalahan
lapangan yang muncul adalah yang dapat diselesaikan oleh kolaborasi guru,
kepala sekolah dan pengawas di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota.[5]
BAB III
METODE OBSERVASI
A. Observasi
Nasution dalam Sugiyono
(2012:226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan pengetahuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan alat yang canggiah,
sehingga bendabenda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapa diobservasi
dengan jelas.[6]
Dalam observasi ini jenis observasi
yang digunakan adalah observasi partisipatif pasif, dimana dalam hal ini
pengobservasi datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut.
B.
Tujuan
Oservasi
Observasi
ini bertujuan untuk memperolah data empiris tentang persepsi guru Matematika
mengenai perencnaan dan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada jenjang SMP/MTs.
Secara operasional observasi ini
bertujuan untuk mengetahui :
1. Tanggapan
guru Matematika bergantinya KTSP menjadi Kurikulum 2013
2. Sikp guru
Matematika dalam menjalani Kurikulum 2013
3. Perkembangan
potensi yang diharapakn guru Matematika dari Kurikulum 2013
C.
Tempat dan
Waktu Observasi
Observasi
ini dilaksanakan di SMP Swasta Hangtuah I Belawan Jl. Kapten Raden
Sulian Belawan Desa/Kelurahan Belawan
II Kecamatan Medan
Belawan. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa :
1. SMP tersebut merupakan SMP percontohan di Belawan.
2. Lokasi terebut sangat strategis untuk dilakukan sebuah
observasi.
3. Banyak mahasiswa dari berbagai universitas yang telah
melakukan observasi dan PPL di SMP tersebut.
4. Guru dan pegawai SMP tersebut memiliki sikap tenggang
rasa yang tinggi bagi siapa saja yang melakukan penelitian.
Adapun
waktu observasi dilaksanakan yakni pada semester I (ganjil) pada tahun akademik
2014/2015, observasi ini dimulai dari tanggal 20-22 November 2014, dimana
jadwal pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak
sekolah.
D.
Populasidan
Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.[7]
Populasi dalam observasi ini adalah
seluruh guru Matematika SMP Swasta Hangtuah I Belawan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau
sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara
rinci[8]. Sampel
pada observasi ini adalah guru Matematika SMP Swasta Hangtuah I Belawan
sejumlah 3 (tiga) orang. Tidak ada tekhnik dalam pengambilan sampel pada
observasi ini.
E. Tekhnik Pengumpulan Data Observasi
Tekhnik
yang tepat unuk mengumpulkan data pada observasi ini adalah melalui wawancara
dan dokumentasi. Adapun tekhnik pengambilan data observasi ini adalah sebagai
berikut:
1.
Wawancara/ Interview
Esterberg (2002)
mendefenisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikostruksikan makna
dalam suatu topic tertentu.[9]
Pada observasi ini
jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur, yakni dalam
melakukan wawancara pengobservasi perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat
apa yang dikemukakan oleh informan. Dalam hal ini pengobservasi menggunakan alat
bantu perekam suara dan kamera untuk mamfoto pelaksanaan observsi guna
mempermudah dalam pengumpulan data.
2.
Dokumen
Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar
atau karya-karya monumentaldari seseorang.[10]
Dalam observasi ini
dokumen yang diambil dari tempat observasi adalah dokumen yang berbentuk
tulisan, yakni Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang dibuat
oleh sampel.
F. Instrumen Observasi
Adapun kisi-kisi instrument adalah sebagai berikut
:
1.
Apa yang positif dari KTSP 2006 yang sekarang sedang
dilaksanakan untuk kelas IX?
2.
Apakah dalam kelas Matematika Bapak/ Ibu sudah
mengelola pembelajaran secara efektif? Bagaimana caranya (apakah dalam
pemberian tugas telah dipertimbangkan interaksi secra klasikal, kelompok,
berpasanga, atau individual)?
3.
Kurikulum 2013 telah diberlakukan, kabarnya
sosialisasi terus berlangsung sampai tahun 2016. Apakh pembelajaran dikelasVII,
VIII sudah melakukan pembelajaran sesuai strategi pembelajaran aktif ? (misalnya
: PAKEM atau CTL, atau model-model lain seperti pembelajaran kooperatif)?
4.
Setiap siswa dalam pembelajaran memilikikarakterisik
yang berbeda, khususnya dalam belajar di kelas. Apakah Bapak/ Ibu telah
melayani perbedaan individu dalam pembelajaran matematika (misalnya siswa
berbakat matematika dan yang bukan, atau siswa yang cepat belajaranya, aau
siswa yang tinggi motivasi belajaranya)?
5.
Apakah alam pembelajaran Matematika BApak/ Ibu telah
menggunakan lembar kerja untuk membantu siswa belajar? Apakah dalam lembar
kerja tersebut petanyaannya tingkat tinggi ( misalnya : pertanyaan penerapan,
analisis dan sintesis, atau pertanyaan evaluasi)?
6.
Apakah jenis penilaian yang Bapak/Ibu lakukan dalam
pembelajaran Matematika? Bagaimana dengan penilaian autentik, apakah siswa
pernah dinilai cara mereka berdiskusi atau presentasi atau aktivitas lainnya?
7.
Gender adalah salah satu isu yang diangakat dalam
pembelajaran melalui penerapan Kurikulum 2013. Apakah dalam pembelajaran
Matematika Bapak/Ibu telah menerapakan konsep gender dalam pembelajaran yang
menyeimbangkan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan (kalau ya seperti apa
strategi pembelajarannya)?
8.
Literasi lintas kurikulum merupakan keerampilan
menggali informasi dan menggunakannya untuk kepentingan pembelajaran. Apakah
Bapak/Ibu telah melaksanakan pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan siswa
dalam menggali dan menggunakan infomasi dalam pembelajaran?
BAB IV
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Observasi
1.
Temuan
Umum Observasi
a.
Profil Sekolah
1) Nama
Sekolah :
SMP Swasta Hang Tuah I
Belawan
2) NSS : 204076005043
3) NIS :
030.022.0
4) NPSN :
10210730
5) NDS : G.
17012016
6) Izin
Operasional : Nomor : 420/11424/DIKMEN/2009
Tanggal: 03-08-2009
7) Akreditasi
Sekolah : Peringkat A
(AMAT BAIK )
Tanggal 4-10-2010
8) Alamat
Sekolah : Jl. Sulawesi II No.1 Belawan
Desa/Kelurahan : Belawan II
Kecamatan :
Medan Belawan
Kab./Kota :
Medan
Provinsi :
Sumatera Utara
No. Telp. :
(061) 6941022
E-mail :
smp-ht@yahoo.co.id
9) SK
Berdiri : R. Aty
Herawati, SH
10) Tahun
Berdiri : 27 Juli
2001
11) Nomor : 05
12) NPWP : 31.202.890.5-112.000
13) Nama
Ka. Sekolah : Slamet Teeguh R, S.H
14) No.
Telp/HP :
081260279618
15) Nama
Yayasan : Yayasan
Hangtuah Belawan
16)
|
b.
Visi
Menciptakan Sumber Daya Manusia
yang berwawasan Iptek dan IMTAQ serta cinta tanah air dengan memiliki apresiasi
yang tinggi terhadap budaya dan maritim.
c.
Misi
1) Meningkatkan
kinerja fungsional, staf pengajar, guru BP/ BK yang diarahkan untuk mengajar /
mendidik siswa.
2) Meningkatkan
disiplin seluruh personil yang ada baik TU, guru atau siswa.
3) Melengkapi
sarana dan prasarana baik yang ada maupun yang belum ada, sesuai ddengan
tuntutan kurikulim
4) Meningkatkan
mutu pendidikan yang berwawasan IPTEK , budaya dan maritim.
2. Informan
Adapun data yang diperoleh pengobservasi adalah
bersumber dari:
a. Dra. Khamisah Tambunan (guru Matematika kelas VII)
b. Ruslan S.Pd.
c. Ernawati Siregar, S.Pd (guru Matematika kelas IX)
B. Pembahasan
Observasi yang dilakukan oleh kelompok 6, mendapatkan
banyak hasil informasi tentang kurikulum 2013 dan implementasinyan di sekolah
tersebut. Observasi ini dilakukan di SMP Swasta Hangtuah I Belawan. Dari
keterangan tentang kurikulum 2013 ketiga pengajar matematika memiliki perbedaan
presepsi baik dalam kegunaan kurikulum 2013 sampai pada pengimplementasi dari
kurikulum 2013 tersebut.
Menurut Ibu Khamisah Tambunan (guru kelas VII)
penilaian dalam KTSP tidak serumit Kurikulum 2013 saat ini. Beliau berpendapat
bahwa KTSP lebih mudah untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Hal ini
dikarenakan kurikulum ini kurang tepat jika digunakan untuk anak SMP kelas 7
karena pola pikir yang seharusnya masih di tuntun
dalam memahami pembelajaran namun pada kurikulum ini anak dipaksa untuk
mengetahui sesuatu yang baru, akan lebih baik jika informasi itu didapat dari
guru yang berperan aktif dalam penyampaiannya atau melalui pendekatan teacher
center approach sesuai dengan kurikulum KTSP. Dalam kurikulum
2013 peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran baik dalam
kelas maupun dalam memperoleh informasi pembelajaran yang akan berlangsung.
Memperoleh Informasi menjadi alasan yang pertama mengapa kurikulum ini sulit
untuk diterapkan. Dengan daerah pesisir, Ibu Khamisah berpendapat ini
mempengaruhi si anak sulit untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam mencari
informasi, ini menjadi penghambat anak sukar untuk mengikuti kurikulum baru
ini. Mengapa demikian karena
lingkungannya yang tidak mendukung si anak untuk mudah mendapatkan informasi. Setiap perubahan
kurikulum maka kurikulum terbaru merupakan penyempurna dari kurikulum
sebelumnya, walaupun demikian nilai lebih dan kurang dari suatu program yang
baru pasti menjadi kendalanya. Nilai lebih dari kurikulum 2013 ini terletak
dari keberagaman dari penggunaan metode- metode, pendekatan yang dilengkapi
dengan penilaiannya. Guru menjadi fasilitator namun siswa juga dituntut utuk
peran aktif dalam proses belajar ini sebagai nilai positif dari kurikulum ini,
sedangkan kekurangannya terletak dari fasilitas yang tidak dilengkapi selaras
dengan perkembangan kurikulum 2013. Kurang tepatnya kurikulum ini di gunakan
karna kurikulum ini tidak sesuai dengan kemampuan siswa, jumlah siswa di dalam
kelas dan jumlah pengajar dalam kelas yang tidak sebanding maka akan sulit
beradaptasi dengan kurikulum ini.
Menurut Bapak
Ruslan (guru kelas VIII) menyatakan bahwa pada prinsipnya KTSP 2006 telah
bagus, tetapi pemerintah lebih menyempurnakannya dengan Kurikulum 2013. Beliau mengatakan bahwa setuju dengan pemberlakuan
Kurikulum 2013 ini sebab konsepnya yang tersusun secara terstruktur dan
sistematis sehingga mempermudah guru dalam mengajar. Namun kurikulum 2013 ini
sedikit susah untuk dipahami siswa karena yang dituntut adalah keaktifan siswa,
sehingga membuat siswa kurang paham dengan materi yang diberikan. Dengan adanya
masalah ini disinilah peran guru juga dituntut untuk membimbing siswa dalam
pembelajaran agar siswa menjadi aktif dan bekembang.
Menurut Ibu Ernawati siregar (guru kelas IX) Kurikulum 2013 merupakan
penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya, kesempurnaanya dituju pada
penilaian efektif anak.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Dari pemaparan-pemaparan diatas maka dapat disimpilkan
bahwa:
1. Informan I tidak setuju dengan perencanaan dan
pelaksanaan Kurikulum 2013
2. Informan II
setuju dengan perencanaan dan pelaksanaan Kurikulum 2013
3. Informan III setuju dengan perencanaan dan pelaksanaan
Kurikulum 2013.
B.
Saran
Diperlukan sikap
tanggap dari seorang guru dalam menghadapi pergantian kurikulum 2013 ini.
Seleksi penerimaan siswa baru juga dibutuhkan adanya syarat nilai minimal
sehingga input siswa baru tidak berkualitas turun. Alokasi waktu dalam kegiatan
belajar-mengajar jagu harus ditangani secara bijak sehingga pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik. Juga diperlukan
peningkatan kualitas teknologi yang diperlukan dalam menunjang kegiatan
belajar-mengajar sesuai gagasan kurikulum 2013 yang berbasis teknologi.
Diperlukan pula sikap sigap dari pemerintah dalam menyediakan buku referensi
baik untuk siswa maupun guru. Kendala dalam
implementasi isi kurikulum menyangkut waktu yang disediakan belum memadai untuk
muatan materi yang begitu padat dan memang penting; yakni menuntut pemantapan
pengetahuan hingga terbentuk watak dan keperibadian. Hasil observasi ini
diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh para calon guru untuk mengetahui sejauh
mana implementasi KTSP dan kurikulum 2013 yang dilaksanakan di sekolah agar
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pemahaman setiap guru tentang
penyusunan KTSP dan miskonsepsi mengenai buku pelajaran perlu ditingkatkan
kembali karena peran aktif guru tentunya sangat diperlukan dalam meningkatkan
hasil belajar siswa.
Lampiran I
DOKUMENTASI
OBSERVASI
Isi dari dokumentasi akan
dilampirkan dalam bentuk foto copy setelah lembar ini.
(foto copy dari
print out )
Lampiran II
BUKTI
REKAMAN WAWANCARA & TRANSKRIPSINYA
A. Bukti
Foto
Untuk bukti
rekaman akan diberikan folder tersendiri.
Pamplet SMPS Hangtuah I Pengobservasi
di Ruang Perpustakaan
Pengobservasi bersama
Pak Ruslan dan Pegobservasi bersama
Kepala Sekolah
Bu Ernawati usai wawancara di ruang kelas.
Lampiran III
SALINAN
SILABUS DAN RPP GURU MATEMATIKA
Keterangan :
Tidak ada salinan atau softcopy
data yang diberikan oleh guru Matematika.
Lampiran IV
ANALISIS
RPP & DESKRIPSINYA
A.
Kelas
VII
1.
Analisis
RPP
SatuanPendidikan : SMP Hangtuah I Belawan
Kelas/Semester : VII/I
Mata
Pelajaran :
Matematika
Materipokok : Garis dan Sudut
Alokasiwaktu : 3 pertemuan (5x40
menit)
Nama Guru : Dra. Khamisah
Tambunan
No
|
Komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
|
Hasil
Penelaahan dan Skor
|
Catatan
|
||
|
|
1
|
2
|
3
|
|
A
|
Identitas
mata pelajaran
|
Tidak
ada
|
Kurang
lengkap
|
Sudah
lengkap
|
|
1
|
Satuan
pendidikan, kelas, semester, materi alokasi waktu
|
|
|
√
|
|
B
|
Perumusan
Indikator
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan SKL KI, dan KD
|
|
|
√
|
Kata kerjamasihkurangspesifik
|
2
|
Kesesuaian
penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur
|
|
√
|
|
Sikap dan
keterampilan tidak tercantum pada indikator.
|
3
|
Kesesuain
dengan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
|
|
|
√
|
|
C
|
Perumusan
tujuan pembelajaran
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai
|
|
√
|
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan kompetensi dasar
|
|
|
√
|
|
D
|
Pemilihan
materi ajar
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan tujuan pelajaran
|
|
√
|
|
Dalam RPP
hanya mencantumkan judul saja, isi dari materi tidak ada.
|
2
|
Kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik
|
|
√
|
|
Didalam
materi ajar penyusunan RPP tidak memperhatikan
karakteristik siswa tapi hanya memperhatikan materi ajar saja
|
3
|
Kesesuaian
dengan alokasi waktu
|
|
|
√
|
|
E
|
Pemilihan
sumber belajar
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan KI dan KD
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan materi pembelajaran dan pendekatan siantitik
|
|
|
√
|
|
3
|
Kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik
|
|
|
√
|
|
F
|
Memilih
media belajar
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan tujuan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan materi pembelajaran dan pendekatan siantitik
|
|
|
√
|
|
3
|
Kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik
|
|
|
√
|
|
G
|
Model
pembelajaran
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan tujuan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
2
|
kesesuaian
dengan pendekatan siantitk
|
|
|
√
|
Sudahterteramenggunakanpendekatansaintifik
|
H
|
Skenario
pembelajaran
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Menampilkan
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas
|
|
√
|
|
Hanya mencantumkan kegiatan dalam proses saja.
|
2
|
Kesesuaian
kegiatan dengan pendekakatan siantitik
|
|
|
√
|
Sudahmengenalpendekatanscientific
|
3
|
Kesesuaian
penyajian denga sistimatis materi
|
|
|
√
|
|
4
|
Kesesuaian
alokasi waktu dengan cakupan materi
|
|
|
√
|
|
I
|
Penilaian
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan teknik dan bentuk penilaian autentik
|
|
|
√
|
Lengkap seluruhnya
|
2
|
Keseuaian
dengan indikator pencapaian kompetensi
|
|
|
√
|
|
3
|
Kesesuaian
kunci jawaban dengan soal
|
√
|
|
|
Tidak ada dicantumkan kunci jawaban
|
4
|
Kesesuain
pedoman penskoran dengan soal
|
|
|
√
|
Adanya
penskoran instrumen
|
Jumlah
|
|
|
2. Deskripsi
RPP
Secara
umum RPP yang telah disusun oleh Ibu Khamisa
sudah bagus dan sesuai Kurikulum 2013, namun ada hal-hal yang perlu
diperhatikan agar sempurna dan dapat menjadi contoh yang baik, yakni:
a. Kesesuaian
penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur.
Seharusnya dalam sebuah indicator kata kerja operasional yang digunakan adalah
yang bisa dilakukan siswa menggunakan alat indranya. Tidak diperkenankan
menggunakan kata kerja “memahami”.
b.
Pemilihan
materi ajar. Seharusnya
isi dari materi ajar dicantumkan.
c.
Menampilkan
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas. Seharusnyya dalam
kegiatan inti, kegiatan guru dan siswa terpapar dengan jelas.
B.
Kelas
VIII
1.
Analisis
RPP
SatuanPendidikan : SMP Hangtuah I Belawan
Kelas/Semester :
VIII/I
Mata Pelajaran :
Matematika
Materipokok :
Operasi Bentuk Aljabar
Alokasiwaktu :
4 pertemuan (10x40 menit)
Nama Guru :
Ruslan S.Pd
No
|
Komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
|
Hasil
Penelaahan dan Skor
|
Catatan
|
||
|
|
1
|
2
|
3
|
|
A
|
Identitas
mata pelajaran
|
Tidak
ada
|
Kurang
lengkap
|
Sudah
lengkap
|
|
1
|
Satuan
pendidikan, kelas, semester, materi alokasi waktu
|
|
|
√
|
|
B
|
Perumusan
Indikator
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan SKL KI, dan KD
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur
|
|
√
|
|
|
3
|
Kesesuain
dengan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
|
|
|
√
|
|
C
|
Perumusan
tujuan pembelajaran
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan kompetensi dasar
|
|
|
√
|
|
D
|
Pemilihan
materi ajar
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan tujuan pelajaran
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik
|
|
√
|
|
Didalam
materi ajar penyusunan RPP tidak memperhatikan
karakteristik siswa tapi hanya memperhatikan materi ajar saja
|
3
|
Kesesuaian
dengan alokasi waktu
|
|
|
√
|
|
E
|
Pemilihan
sumber belajar
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan KI dan KD
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan materi pembelajaran dan pendekatan siantitik
|
|
|
√
|
|
3
|
Kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik
|
|
|
√
|
|
F
|
Memilih
media belajar
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan tujuan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan materi pembelajaran dan pendekatan siantitik
|
|
|
√
|
|
3
|
Kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik
|
|
|
√
|
|
G
|
Model
pembelajaran
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan tujuan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
2
|
kesesuaian
dengan pendekatan siantitk
|
|
|
√
|
Sudah tertera menggunakan pendekatan saintifik
|
H
|
Skenario
pembelajaran
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Menampilkan
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas
|
|
√
|
|
Hanya mencantumkan kegiatan dalam proses saja.
|
2
|
Kesesuaian
kegiatan dengan pendekakatan siantitik
|
|
|
√
|
Sudahmengenalpendekatanscientific
|
3
|
Kesesuaian
penyajian denga sistimatis materi
|
|
|
√
|
|
4
|
Kesesuaian
alokasi waktu dengan cakupan materi
|
|
|
√
|
|
I
|
Penilaian
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan teknik dan bentuk penilaian autentik
|
|
|
√
|
Lengkap seluruhnya
|
2
|
Keseuaian
dengan indikator pencapaian kompetensi
|
|
|
√
|
|
3
|
Kesesuaian
kunci jawaban dengan soal
|
√
|
|
|
Tidak ada dicantumkan kunci jawaban
|
4
|
Kesesuain
pedoman penskoran dengan soal
|
|
|
√
|
Adanya
penskoran instrumen
|
Jumlah
|
|
|
2. Deskripsi
RPP
Secara
umum RPP yang telah disusun oleh Bapak Ruslan sudah bagus dan sesuai Kurikulum
2013, namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar sempurna dan dapat menjadi
contoh yang baik, yakni:
a.
Kesesuaian
penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur.
Seharusnya dalam sebuah indicator kata kerja operasional yang digunakan adalah
yang bisa dilakukan siswa menggunakan alat indranya. Tidak diperkenankan
menggunakan kata kerja “memahami”.
Pemilihan
materi ajar. Seharusnya
isi dari materi ajar dicantumkan.
b.
Menampilkan
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas. Seharusnyya dalam
kegiatan inti, kegiatan guru dan siswa terpapar dengan jelas.
C.
Kelas
IX
1.
Analisis
RPP
SatuanPendidikan : SMP Hangtuah I Belawan
Kelas/Semester :
IX/I
Mata Pelajaran :
Matematika
Materipokok :
Kesebangunan
Alokasiwaktu :
2 pertemuan (4 jam pelajaran)
Nama Guru :
Ernawati Siregar S.Pd
No
|
Komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
|
Hasil
Penelaahan dan Skor
|
Catatan
|
||
|
|
1
|
2
|
3
|
|
A
|
Identitas
mata pelajaran
|
Tidak
ada
|
Kurang
lengkap
|
Sudah
lengkap
|
|
1
|
Satuan
pendidikan, kelas, semester, materi alokasi waktu
|
|
√
|
|
|
B
|
Perumusan
Indikator
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan SKL KI, dan KD
|
|
√
|
|
|
2
|
Kesesuaian
penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur
|
|
√
|
|
|
3
|
Kesesuain
dengan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
|
|
|
√
|
|
C
|
Perumusan
tujuan pembelajaran
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan kompetensi dasar
|
|
|
√
|
|
D
|
Pemilihan
materi ajar
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan tujuan pelajaran
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik
|
|
√
|
|
Didalam
materi ajar penyusunan RPP tidak memperhatikan karakteristik
siswa tapi hanya memperhatikan materi
ajar saja
|
3
|
Kesesuaian
dengan alokasi waktu
|
|
|
√
|
|
E
|
Pemilihan
sumber belajar
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan KI dan KD
|
√
|
|
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan materi pembelajaran dan pendekatan siantitik
|
√
|
|
|
|
3
|
Kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik
|
|
|
√
|
|
F
|
Memilih
media belajar
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan tujuan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
2
|
Kesesuaian
dengan materi pembelajaran dan pendekatan siantitik
|
√
|
|
|
|
3
|
Kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik
|
|
|
√
|
|
G
|
Model
pembelajaran
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan tujuan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
2
|
kesesuaian
dengan pendekatan siantitk
|
√
|
|
|
|
H
|
Skenario
pembelajaran
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Menampilkan
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas
|
|
√
|
|
Hanya mencantumkan kegiatan dalam proses saja.
|
2
|
Kesesuaian
kegiatan dengan pendekakatan siantitik
|
√
|
|
|
Sudahmengenalpendekatanscientific
|
3
|
Kesesuaian
penyajian denga sistimatis materi
|
|
|
√
|
|
4
|
Kesesuaian
alokasi waktu dengan cakupan materi
|
|
|
√
|
|
I
|
Penilaian
|
Tidak
sesuai
|
Sesuai
sebagian
|
Sesuai
seluruhnya
|
|
1
|
Kesesuaian
dengan teknik dan bentuk penilaian autentik
|
|
|
√
|
Lengkap seluruhnya
|
2
|
Keseuaian
dengan indikator pencapaian kompetensi
|
|
|
√
|
|
3
|
Kesesuaian
kunci jawaban dengan soal
|
√
|
|
|
Tidak ada dicantumkan kunci jawaban
|
4
|
Kesesuain
pedoman penskoran dengan soal
|
|
|
√
|
Adanya
penskoran instrumen
|
Jumlah
|
|
|
2. Deskripsi
Untuk
kelas IX pada tahun ajaran saat ini tidak menerapka Kurikulum 2013, dan masih
menggunakan KTSP 2006.
Lampiran VI
PAPARAN
DATA HASIL WAWANCARA
1. Informan Pertama (Guru Kelas IX)
Selamat Siang
bu, kami dari fakultas tarbiyah IAIN SU jurusan matematika. Disini kami melakukan observasi mengenai persepsi seorang guru matematika
dalam menerapkan pembelajaran aktif, khususnya di sekolah SMP.
Nama Ibu Siapa?
Nama Saya
Khamisah Tambunan
1.
Menurut ibu, apa yang positif dari KTSP 2006 yang sekarang sedang
dilaksanakan?
Yang positifnya,
pembelajarannya secara PAKEM, penilaian terpadu, tidak serumit daripada
kurikulum 2013. Sebenarnya lebih mudah di bandingkan k 13.
2.
Apakah dalam pembelajaran matematika di kelas, ibu
sudah mengelola pembelajaran secara efektif?
Ya sudah, misalnya kita memberikan tugas berupa PR,
setelah kita menerangkan kita beri latihan. Lalu kita tanya mereka bisa
mngerjakan atau tidak, misalnya seperti ini. Mencari kepala, bagaimana mencari
kakinya. Jadi ada respon, jadi ada koment dan murid berkesempatan untuk
bertanya.
3.
Kurikulum 2013 yang sedang berlangsung ini kabarnya
sosialisasinya terus berlangsung hingga tahun 2016, apakah pembelajaran dikelas
7 dan 8 sudah sesuai dengan strategi pembelajran aktif?
Kita sudah melakukannya,
tapi agak sulit mereka menerimanya. Kita juga kasihan, Karena banyak kali, yang
sikap mau kita preteli. Dengan bagaimana caranya. Mulai berdiri, duduk, jongkok
semua harus dinilai, jadi habis waktu
untuk mentenun mereka.
4.
Setiap siswa dikelas kan memiliki karakteristik yang
berbeda, khusunya di pembelajaran matematika. Apakah ibu melayani perbedaan
tersebut?
Tidak membedakannya
secara melayani dalam belajar, laki-laki tetap laki-laki, perempuan tetap
perempuan. Tapi untuk pelajaran bisa juga kita membuat. Contohnya, mengenai
himpunan kosong. Laki-laki kelas 7e yang sudah pernahg melahirkan. Wow, mana
ada laki-laki yang melahirkan. Berarti anggotanya kosongkan. Seperti itu
membedakannya, tapi bukan membedakan belajar antara laki-laki dan perempuan
dalam pembelajaran. Sama semua mereka, hak untuk menerimanya.
Dari segi yang berbakat dan kuat motivasinya, ibu
layani juga perbedaannya?
Sama semua,
karena mereka mempunya hak menerima pembelajaran dari guru.mau yang lemah, yang
tinggi, yang sedang semua sama.
5.
Didalam kelas, apakah ibu menggunakan lembar kerja?
Kita tidak
seterusnya memberikan LK, terkadanga ada. Terus mengenai alat peraga, tiba-tiba
saja, kalau misalnya persegi panjang kita buat matriks, kebetulan kalau ada,
kalau tidak ada tidak jadi masalah.
6.
Penilaian yang ibu berikan, bagaimana?
Banyak itu,
misalnya kalau dia bertanya ada jawabannya kita kasih, penilaian ada
portofolio, maju kedepan mengerjakan. Penilaian bukan hanya portofolio.
Penilaian outentik iya, nyata maju kedepan, bisa mngerjakan itu nilai tertinggi
bagi saya.
Pada saat mereka diskusi atau presentase ibu nilai
juga?
Presentase atau
diskusi ada juga nilainya, misalnya sering bertanya, tapi pertanyaannya yang
positif. Bertanya boleh, tapi waktu guru menerangkan guru adalah berlian,
mutiara, emas. Kalau guru tidak kamu dengarkan hilang satu pelajaran dari
pikiran kamu, giitu dia.
7.
Bagaimana dengan perbedaan gender?
Menyeimbangkan
pembelajaran secara gender, tidak dibedakan. Tapi kadang ada yang lebih banyak
perempuan yang lebih pintar di sekolah kami.
8.
Literasi lintas kurikulum, merupakan keterampilan
juga. Apakah ibu menggunakan langkah dengan mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggali dan menggunakan informasi dalam pembelajaran?
Kita sudah
melakukankan ini dengan cara menggali eterampilan informasi informasi.
Misalnya, Coba liat di perpustakaan,
coba liat di koran. Melihat rumus-rumus, supaya mereka bisa melakukan
perbandingan. Dan tidak monoton dari buku guru dan ilmu guru dan mereka juga
ada private di luar. Melihat di perpus untuk menambah wawasan mereka bahkan ada
di tv-tv juga, saya anjurkan mereka karena hal itukan luar biasa.
2. Informan Kedua (Guru Kelas VIII)
Assalamualaiku
wr. Wb.
Kami dari IAIN
SU, fakultas tarbiyah jurusan Pendidikan Mtk. Ingin melakukan observasi mengenai persepsi seorang guru matematika
dalam menerapkan pembelajaran aktif, khususnya di sekolah SMP.
Nama Bapak Siapa?
Ruslan S.Pd
1.
Apa yang positif dari ktsp 2006, yang sekarang
sedang berlangsung?
Pada prinsipnya
ktsp 2006 itu telah bagus, tapi pemerintah lebih menyempurnakannya dengan kurikulum 2013. Yang positifnya itu
pembelajaran secara PAKEM dengan penilaian yang terpadu dan ditingkatkan dgn
pemisahan dari segi keterampilan, pengetahuan sikap anak-anak tadi.
2.
Apakah didalam kelas, bapak sudah mengelola
pembelajaran secara efektif?
Pada prinsipnya,
kita selalu berusaha, kemampuan mengajar, meningkatkan sarana belajar.
Sehingga belajar
itu lebih efektif, siswa lebih aktif dan memahami apa yang kita ajarakan dan
lebih interaksi antara guru dan siswa.
Bagaimana caranya pak, apakah bapak memberikan tugas
secara kelompok, individual?
Memberikan
secara bervariasi, tergantung bagaimana materi yang kita berikan, bisa jadi
berkelompok ataupun diberi tugas mandiri. Baik berupa PR atau tugas di sekolah.
3.
Kurikulum 2013 sudah diberlakukan, kabarnya
sosialisai terus berlangsung hingga 2016, apakah pembelajaran dikelas 7 dan 8
sudah sesuai dengan strategi pembelajran aktif?
Sesuai dengan
arahan dari kepala sekolah kita, mengacu peraturan dari dinas. Kita telah
mengikuti kelas 7 dan kelas 8 telah mengikuti kurikulum 2013. Telah menyeluruh,
semua gurupun telah mengikuti pelatihan untuk pembelajaran ini.
4.
Setiap siswa dikelas kan memiliki karakteristik yang
berbeda, khusunya di pembelajaran matematika. Apakah bapak melayani perbedaan
tersebut?
Jelas ya, kita
harus mampu melihat kelebih dan kelemahan. Sehingga kita dapat memberikan
muatan yang sesuai. Kita memberikan materi sesuai dengan karakteristik siswa
kita tersendiri. Yang mampu kita arahkan bisa membantu kawannya yang tidak
mampu. Dalam arti kemampuan dalam belajarnya.
5.
Didalam kelas, apakah ibu menggunakan lembar kerja?
Pada kurikulum
2013 ini, kita memang dituntut membuat LKS, di akhir mata pelajaran. Di akhir 2
KD, kita selalu memberikan tugas baik bentuk tertulis ataupun latihan dan
lembar kerja siswa. Pertanyaan dalam latihan ini bervariasi, ada yang sukar,
mudah dan Seberapa mampu siswa dalam mngerjakan sehingga kita dapat
mengukurnya.
6.
Jenis Penilaian bagaimana yang bapak gunakan dalam
pembelajaran matematika?
Penilaiannya
secara outentik dan sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sesuaikan juga dengan
kemampuan siswa, dan karakteristik siswa kita sendiri dan yang mampu nilainya akan lebih bagus.
7.
Bagaimana dengan konsep gender, apakah bapak
terapkan juga dalam kelas?
Kalau dalam
pembelajaran kita tidak menerapkan sistem gender.baik perempuan atau laki-laki
dipandang sama, karena semua berhak mendapatkan pembelajaran yang sam, mereka
juga diharapkan mampu berpacu, antara baik laki-laki ataupun perempuan. Kita melihat
dari kemampuan bukan segi gendernya.
8.
Apakah bapak sudah melakukan langkah pembelajaran,
dengan mengembangkan kemampuan siswa
dalam menggali dan menggunakan informasi dalam pembelajaran?
Sebagian besar
kita sudah menerapkannya, berusaha untuk melihat kemampuan siswa. Ad ada siswa
yang tertentu memiliki kemampuan lemah jadi dapat perhatian lebih, kita harus
memberikan peningkatan dan pengeyaan pada dia, sesuai kondisi siswanya. Kadang
kita memberika tugas proyek, bisa melihat internat, kita buat kliping. Kemudian
di presentasekan dan di nilai. Tugasnya dibuat berkelompok, biar murah, dan
supaya mereka mampu bersosialisasi dengan temannya. Karena ada juga penilaian
terhadap teman sekelompok.
3. Informan Ketiga (Guru Kelas VII)
Assalamulaikum
Wr. Wb. kami dari fakultas tarbiyah IAIN
SU jurusan matematika. Disini kami
melakukan observasi mengenai persepsi
seorang guru matematika dalam menerapkan pembelajaran aktif, khususnya di
sekolah SMP.
Nama Ibu Siapa?
Ernawati Siregar
1.
Menurut ibu, apa yang positif dari KTSP 2006 yang sekarang sedang
dilaksanakan di kelas IX?
Positifnya,
pembelajrannya secara PAKEM, penilaiannya tidak serumit kurikulum 2013.
2.
Didalam pembelajaran matematika di kelas, apakah ibu
sudah mengelola pembelajaran secara efektif?
Sudah, dengan
memberi tugas secara individu dan kelompok.
3.
Kurikulum 2013 sudah diberlakukan, kabarnya
sosialisai terus berlangsung hingga 2016, apakah pembelajaran dikelas 7 dan 8
sudah sesuai dengan strategi pembelajran aktif?
Sudah
dilaksanakan.
4.
Setiap siswa dikelas kan memiliki karakteristik yang
berbeda, khusunya di pembelajaran matematika. Apakah ibu melayani perbedaan tersebut?
Melayani, tapi
dalam kelompok kecil.
5.
Apakah dalam pembelajaran Matematika ibu menggunakan
lembar kerja?
Sudah,
penerapannya analisis, sintesis dan evaluasi.
6.
Jenis penilaian dalam pembelajaran matematika,
apakah penilaian outentik?
Ya, penilaiannya
dengan outentik, dengan menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Apakah ada penilaian ketika siswa presentase ataupun
berdiskusi?
Dinilai.
7.
Genderkan salah satu yang diangkat dalam kurikulum
2013. Apakah dalam pembelajaran matematika ibu menggunakan konsep gender?
Ibu tidak
menggunakan perbedaan antara perempuan dan laki-laki.
8.
Literasi lintas kurikulum, merupakan keterampilan
juga. Apakah ibu menggunakan langkah dengan mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggali dan menggunakan informasi dalam pembelajaran?
Sudah.
DAFTAR
PUSTAKA
Materi Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
Sugiyono.
2010. Mmetode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiono, Metode Penelitian
Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2006)
Singgih Santoso dan Fandy
Tjiptono, Riset Pemasaran dan Aplikasi dengan SPSS, (Jakarta : Elex
Media Komputindo, 2002).
[1] Materi Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs, hal.5
[5]Ibid, hal.33-34
[7] Sugiono, Metode Penelitian
Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2006), p. 297
[8] Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono, Riset Pemasaran dan Aplikasi
dengan SPSS, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2002), p. 79